Kalau berpergian naik keretapi, sebagaimana sebelum aku takut naik pesawat sehingga harus kembali memilih moda transportasi darat jika masih masuk akal untuk dijangkau, aku selalu memesan tiket yang di dekat jendela. Tak ada alasan khusus. Nyaman saja. Melihat jauh keluar, dekat dengan tatakan minuman dan colokan listrik.
Tapi bukan berarti urusan menjadi beres. Di negeri ini, aturan bisa dikeluarkan. Petunjuk dengan mudah bisa dilihat. Tapi selalu saja ada orang yang tak tahu, pura-pura tak tahu, dan bahkan tak mau tahu.
Hanya dihitung oleh jari ketika aku memesan tempat duduk naik keretapi, tempat dudukku kosong. Kebanyakan pasti sudah diduduki oleh teman sebangkuku yang tak kukenal itu. Kadang kalau aku sedang ingin menunjukkan diri sebagai warganegara yang baik, aku memberitahunya: itu tempat dudukku, itu hakku, dan dia harus tahu. Kadang ada yang langsung meminta maaf karena tidak tahu. Tentu itu menyenangkan. Kadang ada yang mukanya cemberut. Dia tahu kalau kursi itu bukan jatahnya. Tapi tetap akhirnya harus memberikan bangku itu kepadaku. Kadang ada yang ngeyel sehingga aku perlu meminta bantuan kepada petugas keretapi untuk menjelaskan kepada si bengal di sampingku itu.
Tapi ketika aku sedang dalam kondisi batin yang “bijak”, yang tidak perlu merasa memperjuangkan hakku atau memberi pelajaran tatatertib kepada orang di sampingku, aku diam saja. Mungkin Tuhan meminta aku duduk di sini, orang itu duduk di sana, sebab siapa tahu Tuhan punya rencana lain. Misalnya ada orang di luar yang melempar kaca dengan keras hingga pecahan kaca yang mestinya kena mukaku, akhirnya kena ke muka orang di sampingku.
Seperti yang sekarang terjadi. Dan aku membiarkannya. Sambil sesekali membatin laki-laki sebayaku yang menduduki jatah kursiku, bertopi, penuh senyum yang aku bahkan tak tahu untuk apa dia tersenyum. Mungkin ini kali pertama dia naik keretapi, memotret-motret keluar jendela, lalu dikirim mungkin kepada istrinya.
Setidaknya, aku sedang berpikir membahagiakan orang lain. Laki-laki di sampingku. Aku anggap saja dia orang bodoh yang tak tahu mesti duduk di mana. Tapi orang bodoh pun berhak bahagia.