Kali Pertama
Situsweb ini hadir karena alasan yang penting dan tidak penting. Pertama, cukup banyak orang yang bertanya kepada saya, buku-buku apa saja yang pernah saya buat dan di mana mereka bisa mendapatkan buku-buku tersebut. Situsweb ini, setidaknya pasti akan bisa menjawab pertanyaan yang pertama itu, tetapi tidak bisa menjawab pertanyaan yang kedua.
Alasan kedua, sebagai penulis, saya juga menulis beberapa hal yang dipublikasikan secara terbatas, oleh karena itu akses atas tulisan tersebut tentulah juga terbatas. Situsweb ini semoga bisa membuka akses yang lebih luas lagi terhadap tulisan-tulisan tersebut.
Ketiga, situsweb ini setidaknya bisa mencoba mematerialkan imajinasi saya tentang sebuah ruang di mana saya bisa hadir, menyapa, berkabar, berbagi, kepada banyak orang tentang berbagai hal. Sebagai orang yang cenderung suka menyendiri, saya menyadari bahwa sifat seperti itu banyak mengganggu interaksi saya dengan teman-teman saya. Saya berharap di sini ada sebuah tempat untuk berjumpa dengan mereka.
Keempat, ini mungkin cenderung genit dan kekanak-kanakan, saya ingin menjadikan situsweb ini sebagai halaman-halaman untuk mengekspresikan diri saya. Tidak semua hal bisa diekspresikan di sini tentu saja, tetapi semoga mencukupi kebutuhan saya atas sifat yang agak genit dan kekanak-kanakan itu.
Kelima, khusus untuk alasan ini, saya tidak dan belum bisa menjelaskan dengan tuntas karena keterbatasan informasi serta butuh diuji lagi, tetapi entah kenapa saya yakin, ‘era berakhirnya kertas’ memang akan benar-benar terjadi. Situsweb ini adalah sebuah intensitas saya untuk semakin mengenal dunia maya yang aneh ini. Sekaligus, mencoba melupakan sedikit demi sedikit, kemesraan, melankolia, ketergantungan dan romantisme saya atas kertas.
Situsweb ini, bermula dari ragu-ragu dan malu-malu. Tetapi saya membutuhkannya.
Kali Kedua
Situweb saya ini telah berumur cukup panjang, untuk ukuran saya. Namun ia juga telah beristirahat cukup panjang pula, untuk ukuran saya. Istirahat itu bermula dari sesuatu yang klise: waktu. Saya merasa tidak punya cukup waktu untuk sehingga sekalipun situsweb ini sering terpacak, namun sangat lambat di dalam memutakhirkan isinya. Bahkan untuk sekadar memajang buku-buku terbaru saya.
Tentu ada saja yang bertanya soal itu, dan saya tidak bisa menjawab apa-apa selain jawaban yang juga klise: nanti kalau ada waktu pastilah akan saya urus.
Hanya saja pada kenyataannya, bukan pemutakhiran isi yang terjadi, malah penutupan untuk sementara situsweb ini. Karena saking tidak enaknya mendapatkan pertanyaan yang hampir sama, supaya tidak muncul pertanyaan serupa, saya tutup saja, sementara.
Sejak dulu, saya paling tidak suka dengan kesibukan. Selalu saya sisihkan waktu untuk memanjakan diri dengan banyak hal yang biasa dinikmati oleh kebanyakan orang lain seperti membaca buku, ngopi, bercengkerama dengan para sahabat, melakukan perjalanan-perjalanan iseng-bukan dalam konteks sedang bekerja. Tetapi semua itu di dalam dua tahun lebih ini, itu semua menjadi kegiatan-kegiatan yang terasa sangat mahal.
Saya terjebak dalam suatu rutinitas yang tidak begitu menyenangkan. Mengurus ini dan itu, berpergian ke sana dan ke sini, jadwal terasa padat, pikiran begitu penat. Ada banyak hal yang saya pikir bisa mendamaikan, mempertemukan, titik kompromi, tentang apa yang saya kerjakan dengan apa yang saya senangi. Tetapi ternyata hal itu tidak mudah.
Hari-hari terkini saya, ternyata serupa dengan sindiran-sindiran yang pernah saya lakukan kepada orang-orang yang sibuk. Saya punya cukup uang untuk membeli buku, tetapi saya tidak punya cukup waktu untuk membaca; saya mendapatkan banyak hal yang ingin saya tulis, tetapi saya kekurangan kreativitas untuk mengerjakannya. Saya, pada akhirnya, tetaplah sebagai seorang manusia yang tidak bisa mempertemukan titik-titik kegiatan itu sehingga semua bisa lancar.
Memang, saya belajar banyak untuk hal-hal yang baru. Saya menjadi lebih tahu hal-hal yang semula sama sekali saya tidak tahu. Tetapi toh balik lagi, saya kehilangan banyak energi, waktu dan kreativitas. Tiga hal yang saya sadari, dari sana saya bisa menjadi seseorang yang menjadi imajinasi saya tentang diri saya sendiri.
Hal yang sedikit menghibur, atau bisa saja saya sebut dengan jujur sebagai pembelaan, setidaknya saya mengerjakan itu semua bukan semata untuk urusan saya pribadi, melainkan-semoga-untuk hal yang lebih berharga dari sekadar kepentingan-kepentingan egois diri sendiri.
Hingga tiba momentum ini, bulan ramadan. Bukan, saya tak hendak untuk bersembunyi ke sebuah bulan yang dianggap suci, bulan yang tepat untuk melakukan refleksi dan evaluasi. Bukan itu. Tetapi di momentum ini, saya diberi sedikit waktu luang oleh rekan-rekan saya untuk setidaknya menilik lagi ‘dunia lama’ yang sempat saya tinggalkan.
Mereka tahu, nun jauh di kedalaman diri saya, ada sesuatu yang menagih untuk diberi kesempatan hadir lagi. Saya sungguh sangat beruntung mempunyai rekanan kerja, sahabat, dan para penyuka tulisan saya, untuk terus memberi sinyal bahkan kesempatan itu. Dan saya mencoba melakukannya sebaik yang saya bisa.
Ditambah lagi dengan dua sahabat saya-yang menurut pengakuan mereka berdua-menyukai karya-karya saya. Adalah Arys Aditya dan Mohamad Irsyad Zaki, yang kemudian menjadi jalan nyata saya untuk belajar kembali mengenali dunia yang sementara saya tingalkan.
Maka saya mencari hal pertama yang mungkin saya lakukan untuk menjembatani dunia yang pikuk di sini, dengan dunia yang tentram di sana. Situsweb ini jawabannya. Kedua sahabat muda saya itulah yang merelakan diri untuk membantu saya menggarap lagi situsweb yang sempat mengalami fase ‘hibernasi’.
Kepada semua pihak yang menyemangati, memberi kesempatan, bahkan bantuan teknis langsung, saya harus mengucapkan terimakasih.
Mungkin dengan jalan ini, ada sebuah rintisan kompromis yang bisa saya tempuh. Tetapi jika kelak kemudian tetap tidak, saya telah berusaha.
Pada akhirnya, ini adalah sebuah awal di tahap kedua, di kali kedua saya mencoba. Dan alangkah baiknya, saya tidak perlu terlalu bersemangat. Saya ingin ada gairah, tetapi tidak perlu melebih-lebihkannya.
Semua sekadarnya. Seperlunya. Siapa tahu dengan penyikapan seperti itu, saya bisa terus berada di sini. Dan ketika kemudian saya harus berada di sana, tetap ada bagian dari diri saya yang berada di sini.
Salam hangat,
Yogya, 14 Agustus 2011.
Puthut EA
Kali Ketiga
Candi ini dibangun bukan hanya oleh banyak tangan, melainkan juga oleh malapetaka. Dirancang, dibangun, lalu tertimbun tanah akibat bencana alam. Tinggal reruntuhan. Dihinggapi lumut dan debu, rapuh oleh angin dan musim. Juga waktu.
Lalu ada tangan-tangan lain yang berupaya membersihkannya, membangun ulang. Pasti melelahkan. Saya pasrah. Namun mereka bersemangat. Sementara saya tetap pasrah.
Saya orang yang tidak terbiasa mengingat nama-nama jalan. Tidak akrab dengan metode membersihkan jejak di belakang. Tapi saya sadar, kadang semua itu penting sebab ada orang di depan yang kerap bertanya: dari mana Anda?
Maka saya membiarkan semua ini berjalan dengan pelan, mencari titik imbang antara karib yang bersemangat dan saya sendiri yang cenderung ogah. Saya datang dari arah belakang yang panjang tapi saya juga menghadapi sekian jalan di depan yang bercabang. Kadang saya harus memaksa ingatan saya untuk membantu pikiran ke arah depan.
Toh saya tetap sering ditanya: sudah menerbitkan berapa buku, kapan menerbitkan buku lagi, ke mana harus mencari buku-buku Anda, saya menunggu tulisan Anda… dan seterusnya, dan berulang sedemikian rupa.
Saya terus menulis sebab itu pilihan hidup saya. Saya punya sejarah kehidupan yang kompleks dengan tulisan-tulisan saya. Namun harap dimaklumi, kadang tidak setiap tulisan bisa diakses dengan mudah oleh orang lain, dan bahkan yang telah tertulis sulit saya temukan di mana tumpukan tersebut. Sekali lagi, mungkin ini yang paling sulit dipahami oleh banyak kawan saya, jujur saya tidak suka ada buku saya terselip di dekat diri saya. Hingga saya harus melarungnya jauh-jauh, menitipkannya ke orang-orang. Bahkan ibu saya, orang yang paling perhatian menyimpan karya-karya saya pun tak pernah lengkap memiliki.
Candi ini, situsweb ini, pada kali pertama dirancang untuk salah satunya mendokumentasikan itu semua sebab saya lelah kalau harus menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti yang telah saya sebutkan. Tapi proyek itu gagal. Kali kedua, diniatkan untuk setidaknya memberi informasi yang memadai tentang karya-karya saya. Namun juga cabar. Kini pada kali ketiga, saya tidak punya niat apa-apa lagi selain mencoba menghargai orang-orang baik yang berniat membangkitkannya dari kuburan tanah dan daun-daun kering.
Paling tidak, semoga sedikit mengurangi pertanyaan yang pasti saya jawab dengan nada pelan dan menggelengkan kepala. Jika kemudian candi ini berguna, syukur sekali. Tetapi semua itu bukan karena saya. Karena orang-orang yang entah dengan kesadaran apa tetap ingin merawat sesuatu yang sudah lama saya tinggalkan di sebuah pojok jalanan.
Maka jika semua ini adalah tentang saya, wajib bagi saya untuk mengingatkan: semua ini tentang mereka yang dikaruniai kebaikan yang saya simpan di dalam hati dan terucap di dalam doa.
Pada akhirnya, buat Anda yang mungkin singgah di sini, selamat menikmati. Sedikit faedah saja jika ada, sudah lebih dari cukup buat saya untuk mensyukurinya.
Salam hangat,
Yogya, 10 Oktober 2012.
Puthut EA
***
Ada tapi tidak di sini.
@puthutea 2025