Sudah lama saya ingin jalan berdua dengan Kali. Berdua saja. Tanpa istri saya. Mungkin ke Kaliurang atau ke mal. Tapi saya tidak berani.
Entah kenapa saya tak berani membawa bocah berusia 3 tahun 7 bulan itu berpergian tanpa ibunya. Saya hanya berani berdua bersama Kali hanya ketika di rumah, atau jalan-jalan di kompleks perumahan kami. Jika pergi terlalu jauh, saya takut tidak bisa menjaganya dengan baik. Kali memang aktif sekali. Dia doyan berlari, rasa ingin tahunya besar sebagaimana kebanyakan anak-anak seusianya. Saya sering kecapekan mengejarnya jika di mal, sering kehilangan langkah dengan dia jika di arena terbuka. Tapi bukan itu yang menjadi perhatian saya.
Ibu Kali, ya istri saya, setiap hari bersama Kali. Dia mengantar Kali ke sekolah. Mereka berdua bersama saat belanja di supermarket, membeli makanan, bertemu dengan sanak kadang. Istri saya memandikan Kali, menyuapinya, menjaganya.
Sekali dua pernah saya memandikan Kali, dan rasanya meletihkan. Berlari ke sana ke mari ketika mau diajak mandi, polah begitu rupa ketika berada di kamar mandi, dan meronta tak mau keluar dari kamar mandi ketika sudah usai mandi. Memakaikan baju untuk Kali pun butuh perjuangan tersendiri. Sekali dua saya pernah menyuapi Kali makan. Rasanya hal itu jauh lebih meletihkan dibanding membuat sebuah esai atau cerita pendek.
Saya memang bersama Kali minimal 5 jam dalam sehari. Bahkan sering kali lebih. Tapi semua itu di saat bocah itu tenang, misalnya ketika hendak tidur siang, begitu baru bangun tidur siang, ketika sore hari sesudah mandi, atau malam hari menjelang tidur. Pendek kata, istri saya seakan menyiapkan saya bersama Kali di saat-saat yang paling enak.
Saya memang yang bertugas mencari nafkah di keluarga kami. Tapi rasanya tanggungjawab mencari rezeki itu tidak berarti lebih susah dibanding mengurus seorang anak. Saya bersama Kali untuk bersenang-senang. Sementara istri saya bersama Kali untuk mendidiknya. Mengatasi persoalan bersama berdua.
Pagi tadi, untuk kesekian kali, saya merasa Kali cepat tumbuh. Dan menyadari betapa lemah diri saya karena jalan berdua bersama Kali pun belum berani. Selamat hari ibu, Diajeng… Kami berdua menyayangimu.