Karena sering menulis soal Gus Baha’, saya sering ditanya apakah pernah sowan ke ndalem Gus Baha’ di Narukan, Kragan, Rembang?
Saya jawab belum. Kenapa? Karena saya tahu persis, lewat kajian yang sering saya simak, beliau tidak suka disowani.
“Tugas saya itu mengajar. Kalau saya di rumah, itu hak istri dan anak-anak saya. Jangan disowani. Itu ngrepoti saya.” Begitu kira-kira ungkapan Gus Baha’.
Sebetulnya, Gus Baha’ juga termasuk susah kalau diminta ceramah. Beliau mengaku guru ngaji. Alim. Kalau guru itu mengajar. Namanya mengajar itu waktunya reguler, kitabnya jelas, dan jangka waktunya lama. Sementara kalau ceramah cukup sejam dua jam kelar.
Tapi karena makin terkenal, banyak undangan ceramah dilayangkan kepada Gus Baha’. Kalau waktunya masih lama, Gus Baha’ menjawab: “Nanti saja kalau sudah dekat, baru saya jawab bisa atau tidak.”
Biasanya pihak pengundang menjawab, “Lho ini untuk kepastian, Gus…”
“Kepastian-kepastian gundulem! Aku iku sesuk wae ora ngerti isih urip apa ora kok kowe njaluk kepastian neng aku!”
Masuuuuk, Guuuus! Jujur semua hal di atas itu mirip dengan yang saya alami. Dulu masih banyak lembaga yang mengundang memberi pelatihan menulis jangka waktunya panjang. Misal seminggu. Atau sepuluh hari. Paling pendek: lima hari.
Sementara sekarang ini, banyak lembaga mengundang acara menulis waktunya dua jam. Dua jam itu apa yang dipelajari? Lima hari saja belum tentu pada bisa, apalagi dua jam. Kalau dietung secara materi ya enak main jam-jaman. Tapi pertanggungjawaban moralnya susah.
Masalahnya lagi, undangannya sering jauh hari. Tapi ini menguntungkan saya sih sebetulnya. Karena saya bisa menjawab: kalau masih lama saya belum tahu bisa atau tidak.
Kalau misal pengundangnya mepet waktunya, saya juga tinggal menjawab, kalau undangannya dari Solo, saya jawab sedang ada acara di Surabaya. Tak wolak-walik. Tapi itu masih berbohong. Untuk menghindari berbohong, saya sering menjawab: sedang di luar kota. Karena rumah saya, kantor Mojok, kantor Buku Mojok, Warung Mojok dll, memang di luar kota Yogya. Bahkan di luar kota Sleman.
Saya selalu tertawa ngekek setiap kali mengingat kalimat Gus Baha’ (silakan cek rekamannya): “Kepastian-kepastian gundulem!”
Bedane Gus Baha’ wong ngalim. Wani ngomong ngono. Nek aku mung tak batin: “Rumangsamu penak ceramah 2 jam utawa 3 jam, ndasem amoh!”