Tiga malam lalu, Zeri, salah satu pemuda yang pernah aktif di lembaga Kampung Halaman, bersama temannya, bermain ke kantor Mojok. Kami lalu ngobrol gayeng. Terlebih pas ada Seno dan Fawaz di kantor.
Lalu saya iseng bilang ke Zeri, saya pengen nyewa kolam ikan di sekitar Kampung Halaman, untuk jadi semacam tempat bersenang-senang bagi komunitas KBEA. Yang lagi suntuk dengan kerjaannya, atau butuh penyegaran, bisa menginap di sana, mancing, menikmati gemercik air, bakar ikan, dll. Maklum komunitas kecil, belum sanggup ngirim anggota yang lagi suntuk untuk plesir ke Raja Ampat. Jadi saya kira itu solusi simpel dan masuk akal.
Zeri langsung menyahut. “Banyak, Mas. Beres. Aku aja pernah nyewa kolam di sana.”
Menarik ini. Lalu saya tanya hal apa saja yang perlu sejak awal saya ketahui.
Lalu Zeri berkisah tentang regul. Saat dia menyewa kolam di sana, dalam beberapa minggu dia dibikin penasaran: banyak ikan yang lenyap. Padahal daerah tersebut termasuk aman dari maling. Terutama maling ikan. Akhirnya Zeri bertanya ke warga sekitar, dan dijawab bahwa pencuri ikan itu namanya “regul”.
Zeri terhenyak. Regul? Wah ini seru. Dia lalu mengontak kedua temannya untuk ikut berjaga menunggu regul. “Kita bisa melakukan pertempuran melawan regul. Asyik kan?”
Datang malam yang ditunggu. Tiga anak muda. Gagah-gagah khas anak Mapala. Mereka menyiapkan semua ubarampe untuk berjaga di kolam: makan, kletikan, udud, kopi, dan tiga pipa besi untuk bertarung melawan kawanan regul.
Benar. Mendekati tengah malam, terdengar suara cericitan dan kecipak air. Rombongan regul sedang menyerbu kolam ikan.
Mereka bertiga mengamati. Kira-kira ada belasan regul yang masuk ke kolam. Cara kerja mereka menarik. Ada yang masuk dan memburu kolam, lalu ada yang melempar ke tanah yang agak jauh. Dan di sana, menunggu seekor regul. Itulah yang disebut: ratu regul.
Binatang semiakuatik itu memang punya jiwa keregulan yang luarbiasa. Mereka mengenal pembagian tugas. Lalu saat ikan-ikan sudah terkumpul, mereka akan makan bersama. Jadi tidak ada yang makan duluan.
Zeri kemudian memberi kode ke teman-temannya, lalu tiga anak muda gagah dengan masing-masing membawa pipa besi dan sajam, menyerbu ke arah para regul yang berada di pinggir kolam.
Mereka bertiga menghajar dan memukul para regul itu. Suasana panik. Para regul mundur. Tapi tak lama kemudian, regul-regul yang ada di dalam kolam, yang sedang memburu ikan, menyaksikan kawan-kawan mereka diserbu oleh tiga manusia, segera mentas. Ternyata jumlah mereka bukan belasan, melainkan puluhan. Puluhan regul itu lalu menyerbu tiga manusia.
Keadaan berbalik. Zeri dan kedua temannya terkesiap. Tidak siap menghadapi kenyataan bahwa para regul itu melawan balik. Tiga manusia melawan sekira 30an regul. Satu orang menghadapi 10 regul.
Zeri dan kawan-kawannya keteteran. Akhirnya laki-laki dari Piyungan itu memberi instruksi, “Mlayu wae, Daaab!” Dia lalu melempar senjatanya ke tanah, dan berlari kencang ke arah jalan aspal. Kedua temannya pun menyusul di belakangnya. Regul menang. Manusia kalah.
Keesokan harinya, Zeri mencari informasi bagaimana cara mengalahkan regul. Datanglah dia ke seorang pemburu. Si pemburu itu bilang, salah satu cara mengalahkan regul adalah menembak ratu regul.
Jadi begini versi si pemburu. Ternyata ratu regul itu bergantian. Jadi semua regul punya potensi jadi ratu. Cara menjadi ratu adalah dengan memungut batu yang ada di dalam perut regul. Di dalam perut ratu regul ada sebuah batu, biasanya disebut “watu regul”. Batu itu akan dimuntahkan oleh ratu regul ketika dia ngising. Maka di saat itulah, para regul memburu tai sang ratu. Bagi regul yang mendapatkan watu regul, maka dia menelannya. Di saat itulah dia akan jadi watu regul dalam beberapa hari. Jika dia ngising, maka watu regul yang keluar dari silitnya, akan dijadikan rebutan. Dan dia kembali jadi rakyat regul.
Ringkas cerita, salah satu cara mengalahkan regul adalah membunuh sang ratu. “Saya yang akan menembaknya, Mas.” kata si pemburu itu.
Zeri sumringah. Keesokan malamnya, dia ikut mengantar si pemburu. Dan hanya butuh waktu ringkas, tubuh ratu regul roboh. Rombongan regul panik. Lalu buyar. Manusia menang. Regul kalah.
Si pemburu itu lalu mengambil ratu regul yang sudah mati. Membedah perut binatang itu. Lalu menunjukkan kepada Zeri: “Ini batunya, Mas. Indah kan? Harganya mahal…”
Zeri ndelongop. “Untuk apa batu itu, Mas?”
“Kata orang-orang, khasiatnya untuk pengasihan, Mas.”
Batu itu lalu dibawa pulang si pemburu. Semenjak saat itu, tidak ada regul menyerbu kolam Zeri.
Seminggu sebelum panen ikan, Zeri tercenung di pinggir kolam. Ikan-ikannya banyaj yang lenyap. Malamnya, dia mengintai dari jauh. Sepasukan regul kembali menyerbu kolamnya.
Wah, mereka sudah punya ratu baru. Batin Zeri. Dan dia mempercepat proses panen ikannya.