Semenjak saya pindah karena berhasil punya rumah, bekas rumah kontrakan saya dijadikan semacam kantor buat anak-anak muda. Hampir semua adalah penulis muda yang hebat. Setidaknya menurut pendapat saya. Seiring dengan membaiknya keuangan lembaga, kami membeli rumah yang juga mungil untuk berkantor. Rumah inilah yang sering disebut: Kantor nDrono. Karena letaknya di dusun Drono.
Di sinilah ide tentang Mojok dan penerbit Buku Mojok bermula.
Anak-anak muda dari berbagai kota sering mampir ke sini. Tidur di sini. Campur-baur antara tempat tidur, ruang makan, dan tempat bekerja. Lebih mirip kantor aktivis dibanding tempat bisnis. Tapi tidak ada yang membuat kami jengah. Biasa saja. Kuatnya memang baru segitu. Gayanya memang begitu.
Baru kemudian ketika Mojok Store berdiri, kami menyicip rumah lagi yang kemudian dikenal dengan ‘Rumah mBesi’ karena letaknya di dusun Besi. Lalu Mojok pelan-pelan bermigrasi dari nDrono ke mBesi. Sebab kantor nDrono sudah tidak muat lagi.
Sampai sekarang, di kedua kantor itu tidak tampak lazimnya kantor. Tidak keren sama sekali. Biasa saja. Tapi ada yang sedang terus tumbuh dan menguat di jiwa kami.
Kami ingin hidup biasa saja. Tanpa banyak drama. Tanpa banyak gaya. Yang penting: sehat bahagia.