Tahun 2006, Yogya diguncang gempa hebat. Ratusan ribu orang terdampak gempa. Berbagai intervensi kegiatan dilakukan pasca-gempa, termasuk menyembuhkan trauma masyarakat. Dua tokoh tersebut lalu menginisiasi kegiatan PS pada tahun 2007 sebagai bagian dari apa yang disebut ‘trauma healing’. Orang diajak berinteraksi kembali. Para pedagang penganan dan kerajinan diajak beraktivitas. Kangen-kangenan. Bertemu di kegiatan PS tersebut. Jadi sebelum kata ‘healing’ moncer pada beberapa tahun ini, pada 2007, di Yogya sudah ada kegiatan dalam konteks penyembuhan luka batin yang dilakukan secara sosial.
Selanjutnya, karena program ini menarik, lalu dilakukan secara reguler di Taman Budaya, setahun sekali. Pak Ong yang terus mengawalnya, tentu deangan segala suka-duka. Di tingkat operasional, dia dibantu oleh Ale dan May. Dari semula hanya kurang dari 20 penjual dan perajin yang terlibat, kini bisa sampai 200. Yang rumit adalah mengurasi pedagang makanan dan kerajinan tangan. Ribuan pedagang dan perajin setiap acara Pasar Kangen, mendaftar.
Wajar ketertarikan tersebut terjadi. Sebab mereka bisa dapat omzet besar. Salah satu penjual penganan anak ‘rambut nenek’ selama 10 hari berdagang, bisa dapat omzet 70 juta rupiah! Pedagang barang antik dan kerajinan tangan, yang tampak jauh lebih sepi, ternyata omzet mereka lebih tinggi. Maklum jualan mereka masuk dalam kategori barang langka.
Pasar Kangen terhenti dua tahun ketika pandemi. Salah satu pedagang mendoan yang saya temui, degan suara bergetar menahan haru, berkisah: “Saya jualan tiap ada kegiatan seni di Yogya. Begitu pandemi, kompor saya tidak pernah menyala. Kini, Alhamdulillah bisa jualan lagi…” Mendengar itu, saya mendadak jg ingin menangis.
Kita menuju fase normal baru. Para pengunjung tampak disiplin memakai masker. Para pedagang tampak ceria. Bagi mereka, Pasar Kangen adalah ruang pajang karya yang punya dampak jangka panjang: meraih konsumen loyal yang reguler mengonsumsi dan membeli barang dagangan mereka. Jadi, jual-beli tdk hanya terhenti hanya di Pasar Kangen belaka.